
Foto : Para Pelajar saat membersihkan sampah yang berserakan setelah acara pacu jalur. Ket : Ist/Kevin.
KUANSING - Sudah tradisi tahunan setiap usai paci jalur di gelanggang pacu jalur Narosa kawasan kota dipenuhi sampah.
Baik sampah plastik, kertas, sampah sisa makanan, kayu hingga aneka buah yang tidak laku dan ditinggal karena busuk atau tidak laku.
Petugas kebersihan harus berjibaku lembur siang dan malam dalam seminggu untuk membersihkan kawasan kota selama kurang lebih sepekan. Petugas pemadam kebakaran juga turun tangan menyemprot jalanan agar bersih dari debu, pasir dan tanah.
Ironisnya para pegawai, OKP, pecinta lingkungan, mahasiswa dan pelajar turut dikerahkan memungut sampah dibekas lapak pedagang.
Dampaknya waktu pegawai memberi pelayanan pada masyarakat dan jam belajar mahasiswa dan pelajar ikut terganggu. Padahal dengan pelaksanaan pacu disemua kecamatan telah membuat proses belajar mengajar terganggu. Termasuk kegjatan MDA. Karena pelajar pulang lebih awal.
Menurut Taryoni (43), warga setempat, bahwa melibatkan pegawai dan pelajar membersihkan sampah menandakan tidak ada konsep baru Pemda dalam mengatasi masalah sampah pasca pacu jalur.
Coba bayangkan ujarnya yang menikmati uang dari pedagang adalah pengelola dan pemilik lapak. Tetapi yang kemudian bertungkus lumus membersihkan sampah pihak lain seperti pegawai dan pelajar.
" Harusnya masing-masing pemilik lapak lah ikut bertanggungjawab membersihkan sampah diareal kaplingan mereka,"ujarnya kesal kepada CerminSatu di Teluk Kuantan, Senin (26/8/2024).
Mereka jangan hanya mau menikmati uang lapak yang mereka jual ke pedagang. Mana lagi akibat lapak-lapak ini jalan menjadi semrawut. Karena sebelumnya dicat untuk areal lapak.
Lebih tidak masuk akal pemilik ruko dikawasan kota yang selama pacu jalur dipenuhi lapak juga harus Goro. Padahal usaha mereka terhalang karena lapak-lapak yang didominasi pedagang dari luat.
" Memang kusuik," pungkasnya. ***