KUANSING - Guru Tahfidz yang ada di kecamatan Pangean, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau mengeluh. Pasalnya, sudah kurang lebih 7 bulan mereka tidak menerima gaji, hal ini diungkapkan oleh seorang guru Tahfidz berinisial (SA).
"Dari bulan Januari pak. Kata orang desa dana belum cair, biasanya kami mendapatkan gaji bulanan," ungkapnya kepada media Cermin Satu di Teluk Kuantan, Jum'at (16/08/2024).
SA menuturkan, selaku pengajar, Ia sudah melakukan tugasnya untuk mendidik anak-anak Tahfidz sebagai bentuk tanggung jawab.
“Selaku pengajar, saya selalu masuk. Itu sudah tugas dan tanggungjawab saya," tuturnya.
Ketika ditanya mengenai apa kendala sehingga gajinya tak dibayarkan, SA mengatakan kurang paham dengan kejadian saat ini.
"Kalau ditanya ke Pemdes, katanya bertahap. Yang jelas kami selaku pengajar tidak tau pasti soal itu pak, karena tugas kami hanya mengajar," ucapnya.
Masih kata SA, dirinya sudah mengajar di rumah Tahfidz wilayah kecamatan Pangean sejak pemerintah Kuansing mencanangkan program rumah Tahfidz.
"Saya ngajar sejak Pemkab Kuansing mencanangkan adanya program Rumah Tahfidz pak. Setau saya anggaran pembinaan untuk rumah Tahfidz di tahun 2024 itu meningkat dari biasanya, yang dialokasikan dari dana Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Provinsi," katanya.
Selanjutnya, SA berpesan supaya program pemerintah yg baik agar dijalankan dg serius. Tidak terkesan hanya ingin terlihat agamis alias pencitraan.
“Kepada Pemkab Kuansing janganlah terkesan acuh dengan hak kami. Kalau memang tak bisa sekali sebulan, mungkin 3 bulan sekali. Sama seperti guru MDA," jelasnya dengan wajah berkaca-kaca sedih.
Terakhir, SA mengatakan, dirinya bukan tidak ikhlas dalam mengabdikan diri menjadi salah seorang pengajar di rumah Tahfidz. Tapi dirinya juga tidak menampik adanya keluarga yang harus diberi nafkah.
"Sebelumnya saya atas nama pribadi mohon maaf pak, bukannya saya tidak ikhlas dlm mengabdikan diri ini, tapi saya punya anak istri yang harus saya nafkahi. Memang berharap kepada manusia bukan sifat dan karakter saya tapi, kehidupan yang memaksa," pungkasnya. ***






