Berita > Peristiwa
Yayasan SALAMBA Prihatin Atas Konflik Manusia dan Harimau Akibat Hutan Deforestasi

Kolase
SIAK - Yayasan Sahabat Alam Rimba (SALAMBA) menanggapi peristiwa seorang pekerja perkebunan kelapa sawit yang tewas diduga diterkam harimau dengan kondisi yang mengenaskan.
Aktivis Lingkungan dari Yayasan Sahabat Alam Rimba (SALAMBA), Ir. Ganda Mora. M.Si dalam press rilis merasa prihatin dan berbelasungkawa akan peristiwa tersebut. Namun, disisi lain peristiwa tersebut terjadi kemungkinan dikarenakan habitat harimau dipersempit dengan persaingan lantaran Deforestasi atau hilang nya hutan alam akibat penebangan pohon, sehingga harimau berkeliaran dan memangsa setiap makhluk yang berpapasan dengan harimau tersebut.
“Konflik antara manusia dengan Harimau semakin sering terjadi akibat persaingan ruang. dimana, manusia semakin mempersempit habitat Harimau khususnya di Provinsi Riau. sehingga harimau berkeliaran dan memangsa setiap makhluk yang berpapasan dengannya termasuk manusia,” sampaikan Ir. Ganda Mora dalam press rilis yang diterima media ini. Kamis pagi, (18/7/2024)
Seperti yang terjadi baru baru ini, seorang pekerja perkebunan kelapa sawit di Areal PT SAS inisial YZ (43) Desa Tanjung PAL Kecamatan Sei Apit, Kabupaten Siak ditemukan tewas mengenaskan diduga korban diterkam harimau dengan kepala terpisah dari badannya saat ditemukan sambungnya.
Ganda menceritakan bahwa dari informasi yang diperoleh kejadian tersebut terjadi ketika korban awalnya pergi buang air kecil ke parit kanal sendirian pada Selasa (16/7/2024) sore. Kemudian malamnya warga sekitar menemukan korban sudah tidak bernyawa dengan diduga diterkam Harimau.
“Disini, kita harus peduli dan menjaga Habitat dari para hewan yang ada di hutan, jangan sampai ketika habitat dari hewan dirusak oleh oknum manusia demi kepentingan dampaknya Harimau Sumatera tersebut akan memasuki areal perkebunan kelapa sawit seperti di PT. SAS yang merupakan milik Anton seorang pengusaha asal Medan yang mempekerjakan cukup banyak karyawan dan membuka areal kelapa sawit cukup luas yang diduga dahulu sebagai habitat Harimau Sumatera,” ucap Ganda.
Disini patut kita duga telah terjadi konflik kepentingan antara manusia dan hewan. sementara itu, kalau kita kaji pembukaan lahan tersebut belum tentu memiliki AMDAL dan perizinan seperti IUP dan HGU yang kurang memperhatikan lingkungan yang berujung terjadinya Harimau memangsa Manusia. ungkapnya.
Terakhir dalam Press rilis nya, Aktivis Lingkungan inipun mendesak agar pihak BKSDA Riau segera ambil tindakan untuk mengawasi dan identifikasi masalah dengan membuat suatu areal habitat khusus untuk melestarikan Harimau Sumatera agar kelestarian terjamin dan tidak lagi terjadi konflik harimau dengan manusia.
“BKSDA Riau harus segara mengambil tindakan dan langkah dengan cepat agar konflik antara Harimau dengan Manusia tidak terulang lagi,” pungkas Ganda. ***